
Foto ketika masih single :))
Alhamdulillah wa syukurillah, atas semua karunia, rezeki dan kesempatan dari Allah Subhanahu Wata’ala. Tepat tanggal 17 April 2017 pukul 10 pagi, Bapak Sendy mengucapkan akad nikah di halaman rumah, Banjar. Halaman rumah yang menjadi saksi Ibu Siska berenang di kolam ikan saat kelas 3 SD, saksi nakalnya Siska suka jahilin adik pertamanya, Wulan saat kelas 1 SD. Menjadi saksi berubahnya kolam ikan menjadi kebun selada kesayangan ayah. Yang menjadi saksi banyak peristiwa sedih, haru, bahagia. Halaman yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Ayah Wawan.
Bangga sekaligus haru, sedih, bahagia bisa menikah walaupun tanpa Ayah, tanpa wali yang lengkap dan seharusnya. Sudah putuh sejarah wali untuk Ibuk Siska sampai yang menjadi wali ditunjuk dari Kantor Urusan Agama, yaitu Kepala KUA Kecamatan Purwaharja itu sendiri :)).
Akad nikah yang disaksikan Mama yang tak berhenti air matanya, yang terus menunduk. Entah menangis bahagia atau berduka atas ketidakhadiran Ayah di situ, di tengah-tengah kami. Tangisannya tak berhenti sampai prosesi sungkem dilaksanakan, Ibu Siska juga jadi sedih huhuhu.
Seminggu setelah menikah, Ibu Siska dan Bapak Sendy langsung berangkat ke Jogja menempati rumah sederhana di daerah Maguwo. Bermodalkan barang-barang boyongan dari kosan masing-masing, perjalanan kami berdua sebagai suami-istri dimulai. Yang mungkin sebenarnya adalah awal dari seluruh kehidupan kami.
Lyfe di Jogja
*judulnya biar kayak remaja jaman now*
Tanggal 15 Agustus 2017, Ibu Siska dinyatakan hamil 4 minggu! JENG JENG JEEENG ULAH SIAPAAAA INI SISKAAAAAAAAA, begitulah reaksi tetangga kalau ini terjadi di sinetron. Mengucapkan syukur kami berdua sebagai suami-istri dimulai. Berjanji untuk menjaga titipan adalah yang seharusnya dilakukan Ibu Siska. Tapi Ibu Siska malah seringnya muntah-muntah, gak enak makan, gak enak tidur, sakit pinggang, sakit punggung. Enggak happy, bawaannya bete melulu.
Di bulan kedua, atau sekitar awal 7 minggu, Ibu Siska sudah mulai happy lagi, sudah makan enak lagi, sudah bisa nyapu rumah sambil ngomelin Bapak Sendy yang suka lupa jemur handuk selesai mandi. Mulai lagi mengurus komunitas GNOME yang sejak Maret 2017 jarang bikin acara kumpul-kumpul di Yogyakarta.
Puncaknya, tanggal 16 September 2017 Ibu Siska mengadakan acara Ulang Tahun GNOME ke 20 dan Pesta Rilis GNOME 3.26 di Kantor Bapak Sendy. Bolak-balik Maguwo-Kotagede untuk ngambil perlengkapan acara. Padahal minggu itu juga Ibu Siska naik turun tanggal lantai 4 Fakultas Sains dan Teknologi untuk ngajar di Ruangan 408. Minggu yang sibuk tidak membuat Ibu Siska kehabisan energi, malah makin semangat karena tidak merasakan gejala tidak biasa.
Satu Minggu setelah acara selesai, sakit punggung sejadi-jadinya dirasakan. Dibawa tidur tapi tak berakhir lelahnya. Beberapa hari setelahnya, terjadilah spotting. Awalnya hanya flek warna cokelat, lama kelamaan jadi merah juga. Kendati menenangkan diri tapi Ibu Siska cemas juga karena 5 hari setelah masih terus mengeluarkan darah, malah yang ada mules-mules.
Hari Jum’at 28 September 2017 pagi, Ibu Siska pergi kontrol ke klinik Ob/Gyn di Rumah Sakit Akademik UGM. Sudah diwanti-wanti untuk bedrest alias total gak ngapa-ngapain cuma boleh ke kamar mandi saja.
Malamnya, pendarahan makin menjadi.
Pukul 9 malam, pesan GoCar ke UGD RSA UGM. Sejam kemudian, setelah mules hebat selama 1 jam. Janin berukuran kepal orang dewasa keluar, tak mampu bertahan.
Berdamai
Butuh seminggu untuk bisa berdamai dengan hati dan pikiran, Bapak Sendy juga masih murung semisal diminta cerita di mana menguburnya, bagaimana sebelum dikuburnya, udah ada bentuknya belum dll. Sampai tulisan ini dimuat, Ibu Siska belum sanggup mengunjungi makamnya yang sebenarnya ada di sekitar tanaman oyong yang ditanam Ibu Siska juga. Hari ini, 17 juta detik Ibu Siska dan Bapak Sendy bersama-sama, selama itu pula kami masih saling berusaha mengerti satu sama lain, berusaha tak perlu mengungkapkan hanya lewat suara dan bahasa. Emang bisa?